Jogja merupakan ibukota provinsi dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta atau yang lebih sering disebut Yogya atau Jogja adalah satu-satunya kota yang berada di Provinsi DIY.
Meskipun bernama Kota Yogyakarta nyatanya kota ini mempunyai logo dengan nama Jogja. Makna dan filisofi tiap logo yang dihadirkan pun berbeda-beda. Keunikan Jogja tidak hanya pada namanya, tapi seluruh aspek di dalamnya termasuk pariwisata.
Jogja itu istimewa tidak hanya karena negerinya (kerajaan) dan orang-orangnya saja, tapi juga makanan dan budaya. Makanan dan budaya yang ada di Jogja menjadi salah satu faktor untuk menarik para wisatawan.
Tempat Wisata Sederhana di Jogja
Wisata di suatu kota tertentu yang sedang hits seringkali identik dengan dua kata: ramai dan penuh. Tak lain tak bukan terjadi juga di Yogyakarta.
Hal ini membuat wisatawan atau pelancong yang agak jenuh dengan keramaian tersebut bisa mencoba alternatif lain. Alternatif itu bisa berupa suasana, kesederhanaan, dan nostalgia yang melenakan pada suatu tempat tertentu.
Berbicara tentang rasa perjalanan itu tersendiri tentu saja semua orang berharap bisa mendapatkan kebahagiannya.
Sebut saja, penatnya rutinitas, lelahnya pekerjaan berbulan-bulan, dan keinginan menyegarkan pikiran sejenak tak pelak kemudian jadi ambisi dan tujuan orang melakukan wisata atau perjalanannya.
Namun justru kemacetan, berjubel orang mengantri, dan sesaknya destinasi wisata yang dijumpai bisa jadi si pelancong akhirnya dipenuhi kemarahan dan rasa sebal yang berlarut-larut.
Yogyakarta, salah satu provinsi istimewa di pulau jawa ini menyimpan hal-hal tersebut. Selain memang memiliki khazanah destinasi wisata yang cukup banyak, Yogyakarta juga memiliki tempat-tempat sederhana yang menarik untuk dicoba.
Bisa jadi tempat tersebut sangat sederhana, biasa saja, tetapi jika direnungkan dan dirasakan dengan penuh: ada makna yang lebih.
Langsung saja kita simak beberapa spot dari 7 destinasi berikut :
1. Menyusuri dan bertemu komunitas yang ramah di kampung kali code
Ada kalanya wisata tak melulu soal tempat bagus dan fasilitas yang lengkap. Bertemu orang dan belajar dari kesederhanaan pun bisa jadi perjalanan reflektif yang menarik. Komunitas-komunitas kecil di pinggiran kali code Yogyakarta bisa jadi tujuan perjalanan tersebut.
Komunitas itu diantaranya adalah romo code di kampung Gondolayu. Atap senja di kampung Badran. Paguyuban pengajar pinggir sungai di kampung Blunyah dan Sendowo. Atau merti kali di kampung Jetis.
Adapun semua komunitas tersebut bisa diakses kontaknya di media sosial dan internet. Kita hanya cukup menghubungi, dan komunitas-komunitas tersebut sangat merespon terbuka jika ada orang ingin berkunjung.
Kita bisa mendengarkan cerita dan ikut terlibat pada aktifitas rutinnya. Itu pun masih ditambah kita bisa menikmati pemandangan perkampungan code yang khas dan mendapat keramahan yang hangat dari masyarakatnya.
2. Menikmati senja di stasiun Lempuyangan
Stasiun ini banyak dijadikan inspirasi seniman dalam melukis dan menulis karya. Jika kita tiba di stasiun lempuyangan ketika sore hari, tunggulah sejenak di kursi sekitar stasiun yang bisa leluasa memandang peristiwa bola api raksasa yang tenggelam tersebut.
Adapun jika tidak berada di dalam, kita pun bisa memandangi senja di luar stasiun. Tepat di sisi timur bawah jembatan fly over tersedia angkringan dan jajanan yang bisa kita kunjungi sembari memandangi matahari terbenam.
Suasana inilah yang sering membuat penikmat senja terbawa pada suasana klasik, romantis, dan memberikan makna yang mendalam. Sesederhana itu.
3. Berburu barang unik dan klasik di pasar Senthir
Mencari wisata belanja unik sore atau malam hari? Tempat ini bisa jadi rekomendasi. Berlokasi persis di samping pasar Bringharjo, kita bisa menemukan penjual dengan beraneka produk yang unik disini.
Kita bisa menemukan kaset lawas yang cukup murah, tas dan sepatu bekas yang unik, pakaian bekas yang langka, alat elektronik yang lampau, juga benda-benda lain yang tak kalah menghibur.
Mencari oleh-oleh di luar mainstrim bisa kita lakukan disini. Pun jika kita tidak membeli sesuatu, kita masih bisa merasakan suasaba klasik pasar loak di masa lalu dan barang-barang sederhana yang memiliki nilai historis tersendiri.
4. Jogging santai di waduk tambak boyo
Wisata sembari berolahraga adalah hal yang cukup sering dilakukan orang di tempat ini. Berlokasi di Condong Catur, bendungan air yang cukup besar ini memiliki lintasan jalan aspal yang bagus di sekelilingnya.
Orang-orang sering terlihat jogging, memancing, atau bahkan mengendarai kendaraan santai untuk melihat pemandangannya.
Tarif masuknya cuma 2000 rupiah. Pengelolaannya pun dilakukan oleh masyarakat sendiri. Kita bisa menikmati suasana sederhana di waktu pagi, sore, bahkan malam hari.
Tempatnya benar-benar bisa menyenangkan orang-orang yang suka olahraga,memancing, dan menikmati pemandangan alam buatan yang indah sekaligus.
5. Menikmati es dawet dan rujak lotisan di Pohon Raksasa balai yasa Pengok
Cuaca panas seringkali membuat orang malas kemana-mana. Namun cobalah sesekali merasakan suasana berteduh yang nyaman di tempat ini. Lokasinya tepat berada di depan bengkel kereta api balai yasa pengok.
Kita akan dimanjakan dengan beberapa pohon besar yang menjulang tinggi dengan orang yang berjualan makanan dan minuman sederhana dibawahnya. Ada yang bilang pohon raksasa itu sendiri sudah berusia ratusan tahun.
Tempatnya sejuk sekali. Cocok sebagai peristirahatan yang menenangkan. Cukup hanya dengan memesan es dawet atau rujak lotisan. Tak ada tukang parkir. Tak ada tarif masuk. Suasana nyaman yang sederhana bisa kita dapatkan.
6. Memandangi kerlip lampu perkampungan di Jembatan Sudirman
Ibaratnya hamparan lampu kota di sekeliling sungai siene Paris, Jogja juga memiliki itu dalam gambaran yang sangat sederhana. Adalah Jembatan jalan Sudirman.
Lokasinya hanya berjarak beberapa ratus meter sebelah timur tugu yogyakarta. Pemandangan malam hari penuh kerlip lampu di sisi utara membawa suasana tersendiri yang cukup menenangkan.
Tidak banyak orang yang menghabiskan waktu di tempat ini. Sesekali hanya nampak beberapa saja. Tapi, orang yang hanya beberapa itu nampaknya tahu benar cara menemukan ketenangan di kota ini.
Setelah menikmati kerlip lampu di jembatan, kita juga bisa melanjutkan bersantai untuk ngopi atau nongkrong di pocinan. Cukup hanya berjalan ke selatan sebelah timur jembatan.
Kira-kira 200 meter, pedagang kopi sudah berjejer dengan tikar tepat di sisi jalan yang menghadap perkampungan codhe. Kita tinggal memesan yang ada dalam menu dan nikmatilah: yogyakarta yang membahagiakan.
7. Menikmati rempah dan perabotan vintage indonesia di pasar Beringharjo
Salah satu penyair pernah mengatakan: kunjungilah pasar beringjarjo, tepat pada sudut pedagang yang berjualan rempah dan bumbu, aroma indonesia ada disana.
Kalimat itu seakan memberikan buktinya ketika kita berada di pasar tradisional tersebut. Sejenak berkeliling di area bumbu dan rempah, kita bisa merasakan bahwa usaha belanda di masa silam untuk menguasai negeri ini memang tidak diragukan. Kekayaan rempah indonesia benar-benar melenakan, berkualitas tinggi, dan luhur.
Pasar Beringharjo yang berlokasi di ujung selatan jalan Malioboro ini boleh dibilang masih terjaga nuansa tradisionalnya.
Kita masih bisa menemukan susunan pedagang yang bermodel lawas, menemukan buruh perempuan lanjut usia yang menggendong barang, melakukan tawar menawar, dan tentu saja menjumpai perabotan vintage yang cukup ramah di kantong.
Benar-benar perpaduan yang lengkap. Yogyakarta: kota yang senantiasa menjaga tradisi dan menjadi rumah untuk siapapun yang singgah di sana.