Biografi Imam Nasa’i – Imam Nasa’i merupakan salah seorang ulama yang juga mengumpulkan, melacak dan meneliti sebuah hadits sama halnya seperti para ulama ahli hadits lainnya.
Perjuangan beliau yang sungguh membuat kita merasa tidak sanggup untuk itu.
Akan tetapi karena kesungguhan beliau lah sehingga hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah bisa terkumpulkan.
Dan bisa dibukukan oleh para ulama ahli hadits terutama juga Imam Nasa’i. Nah disini penulis akan memberikan sebuah biografi Imam Nasa’i kepada para pembaca.
Semoga dengan adanya biografi ini dapat menjadikan kita lebih semangat dalam menuntut ilmu agama dan lainnya. Berikut ini, biografi beliau.
Biografi Imam Nasa’i dan Latar Belakangnya
Memiliki nama lengkap Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr. Beliau juga memiliki nama kunyah yaitu, Abu Abdirrahman.
Nasab Imam Nasa’i ini, yakni An-Nasa’i dan An-Nasawi, yaitu nisbah pada negeri asal Imam Nasa’i.
Beliau dilahirkan di bagian suatu kota dari Khurasan, beliau lahir pada tahun 215 H.
Imam Nasa’i merupakan seorang lelaki yang tampan, berwajah bersih dan seakan-akan wajah beliau seperti lampu yang menyala.
Imam Nasa’i adalah sosok lelaki yang berkarismatik dan tenang, berpenampilan yang sangat menarik juga.
Kondisi beliau seperti itu, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkannya?
Yang pertama, karena beliau sangat memperhatikan keseimbangan dirinya dari segi makanan, kesenangan, pakaian, dan minuman sari buah yang halal.
Dan beliau banyak makan ayam, ayam yang udah mateng lho yaa.
Imam Nasa’i dalam Menuntut Ilmu
Imam Nasa’i ketika masih kecil, beliau sudah memulai untuk menimba ilmu. Ini telah terbukti ketika beliau mengadakan perjalanan ke Qutaibah bin Sa’id sekitar pada tahun 230 H.
Pada saat itu, Imam Nasa’i berumur 15 tahun, beliau tinggal di samping Qutaibah dinegerinya Baghlan selama 1 tahun lebih 2 bulan.
Sehingga Imam Nasa’i dapat menimba ilmu darinya begitu banyak dan dapat meriwayatkan hadits-hadits Qutaibah.
Beliau Imam Nasa’i mempunyai ketajaman dalam mengingat hafalan dan kepahaman yang jarang dimiliki oleh orang-orang pada zaman beliau.
Sebagaimana Imam Nasa’i memiliki kejelian dan ketelitian yang sangat lah mendalam.
Imam Nasa’i juga dapat meriwayatkan hadits-hadits dari para ulama besar, beliau juga bertemu dengan para huffadz dan yang lainnya.
Sehingga beliau dapat menghafal, mengumpulkan, menulis sampai akhirnya beliau mendapatkan derajat yang tinggi dalam displin menuntut ilmu.
Imam Nasa’i Juga Menulis Hadits Dha’if
Beliau juga telah menulis hadits-hadits dha’if, sebagaimana Imam Nasa’i telah menulis hadits-hadits shahih.
Padahal pekerjaan ini hanya di lakukan oleh ulama pengkritik hadits, akan tetapi Imam Nasa’i mampu untuk melakukan pekerjaan ini.
Bahkan Imam an-Nasa’i juga memiliki kekuatan kritik yang detail dan akurat.
Sebagaimana yang digambarkan oleh al Hafizh Abu Thalib Ahmad bin Sazhr, “Siapa yang dapat bersabar sebagaimana kesabaran An Nasa’i?
Dia memiliki hadits Ibnu Lahi’ah dengan terperinci yaitu, dari Qutaibah dari Ibnu Lahi’ah, maka dia tidak meriwayatkan hadits darinya. Maksudnya karena kondisi Ibnu Lahi’ah yang dha’if.
Dengan ini menunjukkan, bahwa tendensi Imam an-Nasa’i bukan hanya memperbanyak riwayat hadits semata.
Akan tetapi Imam Nasa’i berkeinginan untuk memberikan nasehat dan men-seterilkan syari’at (dari bid’ah dan hal-hal yang diada-adakan).
Imam Nasa’i selalu berhati-hati dalam mendengarkan hadits dan selalu selektif dalam meriwayatkan hadits tersebut.
Maka ketika Imam Nasa’i mendengar dari Al Harits bin Miskin, dan banyak meriwayatkan darinya.
Akan tetapi, Imam Nasa’i tidak mengatakan, “ Telah menceritakan kepada kami “, atau “ Telah mengabarkan kepada kami “, secara sembarang.
Melainkan beliau berkata, “ Dengan cara membacakan kepadanya dan aku mendengar “.
Para ulama menyebutkan, bahwa faktor Imam Nasa’i melakukan hal tersebut karena terdapat kerenggangan antara Imam Nasa’i dengan Al Harits.
Dan tidak memungkinkan baginya untuk menghadiri majlis Al Harits, kecuali Imam Nasa’i mendengar dari belakang pintu atau lokasi yang memungkinkan baginya untuk mendengar bacaannya.
Para ulama memandang bahwa kitab hadits Imam an-Nasa`i “Sunan an-Nasa`i” sebagai kitab kelima dari Kutubussittah setelah Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan Jami’ at-Tirmidzi.
Perjalanan Mencari Ilmu
Imam Nasa’i mempunyai lawatan ilmiah yang sangat cukup luas, beliau berkeliling ke negeri-negeri Islam baik timur maupun barat.
Sehingga beliau dapat mendengar hadits dari para hafidz dan syeikh. Di antara negeri yang pernah beliau datangi pada saat itu.
- Khurasan.
- Iraq.
- Baghdad.
- Bashrah.
- Hijaz.
- Mesir.
- Kufah.
- Jazirah yaitu, Haran, Maushil dan sekitarnya.
- Syam, perbatasan wilayah islam degan kekuasan Romawi.
Sekiranya itu, daerah-daerah yang pernah di kunjungi oleh Imam Nasa’i ketika beliau menimba ilmu.
Guru dan Murid Imam Nasa’i
Di antara guru Imam Nasa’ i, sebagai berikut.
Guru-Guru Beliau
- Ishaq bin Ibrahim
- Qutaibah bin Sa’id
- Imam Abu Dawud
- Imam Abu Isa’ at-Tirmidzi.
- Ishaq bin Rahawaih
- Al-Harits bin Miskin
- Ahmad bin Abdah Adl-Dabbi
- Suwaid bin Nashr
- Hisyam bin ‘Ammar
- Yusuf bin ‘Isa Az-Zuhri
Dan masih banyak lagi yang belum tercatat diatas.
Murid-Murid Beliau
- Hamzah bin Muhammad al-Kinani
- Al-Hasan bin Rasyiq
- Muhammad bin Muawwiyah bin al-Ahmar al-Andalusi
- Abu Basyar ad-Dulabi
- Abu Ja’far al-Thahawi
- Abu al-Qasim al-Thabarani
- Ahmad bin Muhammad bin Isma’il an-Nahhas an-Nahwi
- Muhammad bin Abdullah bin Hayuyah an-Naisaburi
Dan banyak lagi murid beliau yang telah diajarkan ilmunya.
Pendapat Ulama Terhadap Imam Nasa’i
Banyak sekali pujian para ulama terhadap Imam Nasa’i, memang beliau adalah seorang yang semangat dalam menuntut ilmu.
Nah berikut ini beberapa pujian Ulama-ulama terhadap Imam Nasa’i.
- Abu ‘Ali An Naisaburi mengatakan, “ Imam an-Nasa’i adalah tergolong dari kalangan imam kaum muslimin.’ Sekali waktu dia menuturkan; Imam an-Nasa’i adalah imam dalam bidang hadits dengan tidak ada pertentangan “.
- Abu Bakr Al Haddad Asy Syafi’i mengatakan, “ Aku ridha dia sebagai hujjah antara aku dengan Allah Ta’ala “.
- Manshur bin Isma’il dan At Thahawi mengatakan, “ Imam an-Nasa’i adalah salah seorang imam kaum muslimin “.
- Abu Sa’id bin yunus mengatakan, “ Imam an-Nasa’i adalah seorang imam dalam bidang hadits, tsiqah, tsabat dan hafizh “.
- Al Qasim Al Muththarriz mengatakan, “ Imam an-Nasa’i adalah seorang imam, atau berhak mendapat gelar imam “.
- Ad Daruquthni mengatakan, “Abu Abdirrahman (Imam Nasa’i) lebih di dahulukan dari semua orang yang di sebutkan dalam disiplin ilmu ini pada masanya “.
- Al Khalili mengatakan, “ Imam an-Nasa’i adalah seorang hafizh yang kapabel, di ridlai oleh para hafidzh, para ulama sepakat atas kekuatan hafalannya, ketekunannya, dan perkataannya bisa dijadikan sebagai sandaran dalam masalah jarhu wa ta’dil “.
- Ibnu Nuqthah mengatakan, “ Imam an-Nasa’i adalah seorang imam dalam disiplin ilmu ini “.
Karya-Karya Emas Imam Nasa’i
Belasan tahun bahkan puluhan tahun, beliau menimba ilmu di berbagai negara islam di dunia.
Karena biasanya orang yang mempunyai keilmuan yang luas ia akan membuat sebuah tulisan yang akan di waris kan terhadap umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.
Berikut ini beberapa karya beliau.
- As-Sunan ash-Shughra
- As-Sunan al-Kubra
- Al-Kuna
- At-Tafsir
- Al-Ikhwah
- Al-Ighrab
- Al-Jarhu wa ta’dil
- Musnad Manshur bin Zadzan
- Musnad Ali bin Abi Thalib
- Khasha ‘isu ‘Ali
- ‘Amalu al-Yaum wa al-Lailah
- Adl-Dlu’afa wa al-Matrukin
- Tasmiyatu man lam yarwi ‘anhu ghaira rajulin wahid
- Tasmiyatu Fuqaha’i al-Amshar
- Musnad Hadits Malik
Dan masih banyak lahi karya-karya beliau yang dapat kita umat islam manfaatkan.
Wafatnya Imam Nasa’i
Setahun sebelum menjelang wafatnya, Imam Nasa’i pindah dari kota Mesir ke Damsyik. Darugutni, mengatakan, “ Imam Nasa’i di Mekkah dan dikebumikan di antara Shafa dan Marwah “.
Pendapat sama dengan yang dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-‘Uqbi al-Mishri.
Sementara pendapat ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi menolak pendapat tersebut. Ia mengatakan, Imam Nasa’i meninggal di Rumlah, disuatu daerah di Palestina.
Pendapat ini didukung oleh Murid beliau yaitu, Ibn Yunus, Abu Ja’far al-Thahawi dan Abu Bakar al-Naqatah.
Dan menurut pandangan yang terakhir ini, Imam Nasa’i meninggal pada tahun 303 H dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina.
Semoga dengan adanya biografi Imam Nasa’i ini kita bisa dapat lebih semangat dalam menimba ilmu agama maupun ilmu-ilmu yang lainnya. Kunjungi juga Nurfasta kalo ingin mendapatkan inspirasi yang lain.