Pengertian Hadits dan Jenis-Jenis Hadits

Pengertian Hadits. – Hadits merupakan salah satu panduan atau penunjuk dalam kesulitan (perkara) berbagai hal masalah kehidupan seperti contoh, ibadah, hukum, perdagang, membersihkan diri, dan yang lainnya.

Hadits ini adalah pedoman kedua setelah al-Qur’an. Nah ketika di dalam al-Qur’an adalah permasalahan yang harus di selesai dengan sebuah tata cara maka umat islam akan menggunakan hadits sebagai penuntunnya.

Atau juga, jika di dalam al-Qur’an ada perkara yang tidak jelas, maka akan kembai lagi ke hadits sebagai sumber yang untuk memperjelas perkara tersebut.

Nah, diartikel kali ini penulis akan memberikan sebuah penjelas atau pengertian hadits. Apa itu yang dimaksud dengan hadits? Simak pembahasan berikut ini.

Pengertian Hadits menurut Para Ahli

Pengertian Hadits menurut Para Ahli
Pengertian Hadits menurut Para Ahli

Secara bahasa pada dasarnya yang berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata “al-hadits“, secara bahasa yang artinya “khabar” (berita) atau sesuatu hal yang baru. Sedangkan “al-Huduts” yaitu, muncul sesuatu yang setelah sebelumnya belum ada. “Ahdatsa“, yaitu menciptakan.

Nah, jikalau secara istilah, “hadits” ialah, sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Kita Muhammad sholallahu ‘alaihi wassallam, baik berupa sebuah ucapan, sifat-sifat beliau, persetujuan, ataupun perbuatan beliau.

Nah jika dalam terminologi agama islam sendiri, dijelaskan bahwa “al-Hadits atau Hadits” merupakan setiap perbuatan, percakapan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wassallam.

Jadi yang sudah dijelaskan diatas, bahwa hadits merupakan salah satu panduan umat islam yang kedua setelah al-Qur’an dalam melaksanakan aktivitas kehidupan. Untuk mengambil sebuah tindakan, baik masalah hukum, perdagangan, maupun ibadah dan lain hal sebagainya.

Pengertian Hadits Menurut Para Ulama’

Menurut Ulama’ Hadits :

كُلُّ مَا أُثِرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلٍ اَوْفِعْلٍ اَوْ تَقْرِيْرٍ اَوْ صِفَةٍ خَلْقِيَّةٍ اَوْ خُلُقِيَّةٍ

Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW baik berupa sabda, perbuatan, taqriri, sifat-sifat dan hal ihwal Nabi

Menurut Ahli Ushul Fiqh :

كًلُّ مَا صَدَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرُ القُرْانِ الكَرِيْمِ مِنْ قَوْلٍ اَوْفِعْلٍ اَوْ تَقْرِيْرٍ مِمّا يَصْلُحُ اَنْ يَكُوْنَ دَلِيْلاً لِحُكْمٍ شَرَعِيٍّ

Hadits, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW selain Al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi yang berhubungan dengan Hukum Syara’

Menurut Fuqaha :

كُلُّ مَا ثَبَتَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَكُنْ مِنْ باَبِ الفَرْضِ وَلاَ الوَجِبِ

Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW yang tidak berhubungan dengan masalah-masalah fardhu dan wajib

Hadits dalam Bahasa Arab

Kata Hadits berasal dari bahasa Arab, dalam kamus al-Muhith sebagaimana diungkapkan Muhammad ibn Muhammad Abi Syuhbah, Hadits setidaknya memiliki dua arti yaitu الجديد berarti baru, kebalikan dari kata القديم berarti yang lama.

Arti yang kedua adalah perkataan, baik sedikit atau banyak sebagaimana firman Allah SWT :

فَلْيِأْتُوْا بِحَدِيْثٍ مِثْلِهِ اِنْ كَانُوْا صَادِقِيْن

“ maka datangkanlah ucapan yang sebanding jika kalian benar “

Penjelasan kamus al-Muhieth di atas dinyatakan pula oleh Muhammad Ajaj al-Khatib. Menurutnya, Hadits secara etimologis berarti sesuatu yang baru.

Selain itu, Hadits memiliki makna berita baik sedikit atau banyak, bentuk jamak dari Hadits adalah احَادِيْث seperti kata قَاطع dan اقاطع sebagaimana firman Allah SWT:


فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى أثَرِهِمْ اِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَالحَدِيْثِ اَسَفًا

” Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada perkataan ini (Al-Quran) “

Tokoh-tokoh Hadits

Tokoh-tokoh Hadits
Tokoh-tokoh Hadits

Perintis jejak pertama yang mengenakan mahkota fuqaha ahli hadits adalah para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam.
Yang paling masyhur dari mereka antara lain:

Khalifah yang empat (Radhiyallahu ‘anhum ) :

  • Abu Bakr Ash-Shiddiq
  • Umar bin Al-Khaththab
  • Utsman bin Affan
  • Ali bin Abi Thalib

Al-Abadillah (Radhiyallahu ‘anhum ) :

  • Ibnu Umar
  • Ibnu Abbas
  • Ibnu Az-Zubair
  • Ibnu Amr
  • Ibnu Mas’ud
  • Aisyah
  • Ummu Salamah
  • Zainab
  • Anas bin Malik
  • Zaid bin Tsabit
  • Abu Hurairah
  • Jabir bin Abdillah
  • Abu Said Al-Khudri
  • Mu’adz bin Jabal

Setelah sahabat Rasulullah adalah para tokoh tabi’in Rahimahumullah antara lain:

  • Said bin Al-Musayyib wafat 90 H
  • Urwah bin Az-Zubair wafat 94 H
  • Ali bin Al-Husain Zainal Abidin wafat 93 H
  • Muhammad bin Al-Hanafiyah wafat 80 H
  • Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud wafat 94 H atau setelahnya
  • Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H
  • Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash¬ Shiddiq wafat 106 H
  • Al-Hasan Al-Bashri wafat 110 H
  • Muhammad bin Sirin wafat 110 H
  • Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H
  • Muhammad bin Syihab Az-Zuhri wafat 125 H

Kemudian tabi’ut tabi’in dan tokoh mereka Rahimahumullah :

  • Malik bin Anas wafat 179 H
  • Al-Auza’i wafat 157 H
  • Sufyan bin Said Ats-Tsauri wafat 161 H
  • Sufyan bin Uyainah wafat 193 H
  • Ismail bin Aliyah wafat 193 H
  • Al-Laits bin Sa’ad wafat 175 H
  • Abu Hanifah An-Nu’man wafat 150 H

Kemudian pengikut mereka di antara tokoh mereka Rahimahumullah:

  • Abdul.lah bin Al-Mubarak wafat 181 H
  • Waki’ bin Al-Jarrah wafat 197 H
  • Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I wafat 204 H
  • Abdurrahman bin Mahdi wafat 198 H
  • Yahya bin Said Al-Qathan wafat 198 H
  • Affan bin Muslim wafat 219 H

Kemudian murid-murid mereka yang berjalan di atas manhaj mereka di antaranya (Rahimahumullah) :

  • Ahmad bin Hambal wafat 241 H
  • Yahya bin Ma’in wafat 233 H
  • Ali bin Al-Madini wafat 234 H

Kemudian murid-murid mereka di antaranya (Rahimahumullah) :

  • Al-Bukhari wafat 256 H
  • Muslim wafat 271 H
  • Abu Hatim wafat 277 H
  • Abu Zur’ah wafat 264 H
  • Abu Dawud : wafat 275 H
  • At-Turmudzi wafat 279 H wafat 303 H
  • An Nasa’i wafat 234 H

Kemudian orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka dari generasi ke generasi antara lain (Rahimahumullah):

  • Ibnu Jarir wafat 310 H
  • Ibnu Khuzaimah wafat 311 H
  • Ad-Daruquthni wafat 385 H
  • Ath-Thahawi wafat 321 H
  • Al-Ajurri wafat 360 H
  • Ibnu Baththah wafat 387 H
  • Ibnu Abu Zamanain wafat 399 H
  • Al-Hakim An-Naisaburi wafat 405 H
  • Al-Lalika’i wafat 416 H
  • Al-Baihaqi wafat 458 H
  • Ibnu Abdil Bar wafat 463 H
  • Al-Khathib Al-Baghdadi wafat 463 H
  • AI-Baghawi wafat 516 H
  • Ibnu Qudamah wafat 620 H

Di antara murid mereka dan orang meniti jejak mereka (Rahimahumullah) :

  • Ibnu Abi Syamah wafat 665 H
  • Majduddin lbnu Taimiyah wafat 652 H
  • Ibnu Daqiq Al-led wafat 702 1-1
  • Ibnu Ash-Shalah wafat 643 H
  • Ibnu Taimiyah wafat 728 H
  • Al-Mizzi wafat 742 H
  • Ibnu Abdul Hadi wafat 744 H
  • Adz-Dzahabi wafat 748 H
  • Ibnul Qayyim wafat 751 H
  • Ibnu Katsir wafat 774 H
  • Asy-Syathibi wafat 790 H
  • Ibnu Rajab wafat 795 H

Ulama setelah mereka yang mengikut jejak mereka di dalam berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sampai hari ini. Di antara mereka (Rahimahumullah) :

  • Ash-Shan’ani wafat 1182 H
  • Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H
  • Al-Luknawi wafat 1304 H
  • Muhammad Shiddiq Hasan Khan wafat 1307 H
  • Syamsul Haq Al-Azhim wafat 1349 H
  • Al-Mubarakfuri wafat 1353 H
  • Abdurrahman As-Sa`di wafat 1367 H
  • Ahmad Syakir wafat 1377 H
  • Al-Mu’allimi Al-Yamani wafat 1386 H
  • Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh wafat 1389 H
  • Muhammad Amin Asy-Syinqithi wafat 1393 H
  • Badi’uddin As-Sindi wafat 1416 H
  • Muhammad Nashiruddin Al-Albani wafat 1420 H
  • Abdul Aziz bin Abdillah Baz wafat 1420 H
  • Hammad Al-Anshari wafat 1418 H
  • Hamud At-Tuwaijiri wafat 1413 H
  • Muhammad Al-Jami wafat 1416 H
  • Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin wafat 1423 H
  • Shalih bin Fauzan Al-Fauzan (h)
  • Abdul Muhsin Al-Abbad (h)
  • Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali (h)
  • Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i wafat 1423 H

Di antara guru-guru dan teman-teman kami serta orang-orang yang kami kenal dari kalangan penuntut ilmu. Semoga Allah membaikkan akhir

Jenis-Jenis Hadits

Hadits dikelompokkan harus berdasarkan beberapa kategori. Dan setiap kategori itu adalah untuk dijadikan bahwa hadits itu benar-benar shahih (benar) datang dari Nabi sholallahu ‘alaihi wassallam atau tidak.

Jadi tidak semua hadits itu adalah shahih, maka berhati-hatilah ketika anda mendapatkan sebuah berita dari buku atau ucapan seseorang dengan menisbahkan kepada Nabi Muhammad sholallahu ‘aiahi wassallam. Karena kita harus meneliti hadits tersebut.

Jadi berikut ini beberapa kategori jenis hadits, yaitu.

Berdasarkan Tingkat Keaslian Hadits

Tingkat Keaslian Hadits
Tingkat Keaslian Hadits

Hadits berdasarkan tingkat keasliannya, dapat dibagi menjadi 4 macam hadits, yaitu sebagai berikut:

Pengertian Hadits Shahih

Hadits shahih merupakan yang mempunyai sanad maupun matan yang bersambung kepada Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wassallam. Hadits ini paling diakui keasliannya dan paling banyak diterima oleh Para Ulama’ terdahulu.

Baca Juga Yaa Biografi Imam Bukhari

Pengertian Hadits Hasan

Hadits hasan merupakan hadits yang sanadnya bersambung, akan tetapi perawinya yang tidak sempurna hafalannya. Hadits hasan menurut Ibnu Hajar al-Atsqalani, beliau mengatakan

Apa yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil, hafalannya yang kurang dari awal sampai akhir sanad dengan tidak syad dan tidak pula cacat

Bisa disimpulkan, pada dasarnya Hadits hasan dengan hadits shahih tidak ada perbedaan, kecuali hanya pada perawinya yang kurang hafalannya meskipun sedikit, Untuk persyaratan lainnya, hadits hasan dan hadits shahih itu adalah sama.

Pengertian Hadits Dha’if

Hadits dha’if ini merupakan hadits yang sanadnya tidak tersambung adapun periwayatnya tidak kuat hafalannya atau tidak adil. Jadi, hadits ini tidak bisa untuk dijadikan sebuah dalil atau panduan dalam kehidupan kita, karena akan dikhawatirkan hadits tersebut menyesatkan.

Banyak sekali hadits dha’if akan tetapi hadits tersebut dalam perkataannya atau isinya itu dapat membuat kita tercengang. Karena sangat cantik isi dari hadits dha’if tersebut.

Pengertian Hadits Maudhu

Hadits maudhu‘ ini merupakan hadits yang dicurigai palsu ataupun karang dari manusia sendiri, dan juga sama dengan hadits dha’if dikhawatirkan dapat menyesatkan.

Berdasarkan Keutuhan Rantai Sanad

Berdasarkan keutuhan rantai sanadnya, hadits dapat digolongan dalam 6 jenis hadits. Berikut ini, jenis-jenis hadits tersebut:

Pengertian Hadits Musnad

Hadits musnad merupakan hadits yang penuturnya paling jelas dan tidak terpotong sama sekali.

Pengertian Hadits Mursal

Hadits Mursal merupakan hadits yang penuturnya tidak dijumpaikan secara langsung.

Pengertian Hadits Munqathi’

Hadits Munqathi’ merupakan hadits yang putus pada salah satu ataupun dua penutur.

Pengertian Hadits Mu’dlal

Hadits Mu’dlal merupakan hadits yang terputus pada dua generasi penutur secara berturut-turut.

Pengertian Hadits Mu’allaq

Hadits mu’allaq merupakan hadits yang terputus sebanyak 5 penutur, yang dimulai dari penutur pertama secara berturut-turut.

Pengertian Hadits Mudallas

Hadits Mudallas merupakan hadits yang tidak tegas disampaikan secara langsung terhadap penutur.

Baca Juga Yaa Biografi Imam Muslim

Berdasarkan Sampainya Kepada Kita

Hadits yang sampai kepada kita, terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

Pengertian Hadits Mutawattir

Nah, kata mutawatir sendiri, secara bahasa diambil dari kata “tawatur“, yang artinya, “berdatangan secara silir berganti”.

Hadits mutawatir adalah hadits yang mempunyai jalur periwayatan yang sangat banyak dalam setiap thabaqah (tingkatan) perawi, sehingga mustahil jika hadits mutawir itu berdusta (seperti, dha’if dan sebagainya).

Dan mustahil jika terjadi kesepakatan untuk berdusta dalam membawakan hadits tersebut, dengan model periwayatan secara indrawi (mendengar atau melihat langsung).

Adapun hadits mutawatir, dibagi kedalam 2 kategori yaitu, mutawatir lafzi dan mutawatir maknawi. Sedangkan M. Syuhudi Isma’il menambahkan 1 kategori lagi yaitu, mutawatir ‘amali; amalan agama yang dikerjakan oleh baginda Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wassallam.

Kemudian diikuti oleh para sahabat dan generasi-generasi seterusnya hingga sekarang ini seperti, waktu sholat, adanya sholat jenazah, sholat ‘id, jumlah raka’at, dan lain sebagainnya amalan ibadah.

Berdasarkan definisi diatas, kita bisa menyimpulkan beberapa hal:

  1. Jadi hadits yang tidak mempunyai periwayatan yang banyak, maka hadits tersebut bukanlah hadits mutawatir.
  2. Model periwayatan secara indrawi yaitu dengan mendengar atau melihat langsung Beliau (Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wassallam) bersabda. Hadits mutawatir, yaitu diriwayatkan oleh orang banyak, diterima oleh banyak prang, jadi tidak mungkin bahkan mustahil perawi yang banyak itu berdusta.
  3. Hadits itu didapat dari panca indra, jika dilihat berdasarkan fungsi dari ilmu hadiits yaitu untuk memberikan keyakinan atas berita yang disampaikan periwayat. Maka kedudukan hasits mutawatir ini telah tercapai dengan baik bahwa didalamnya terkandung dengan benar dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassallam.

Baca Juga Yaa Biografi Imam Tirmidzi

Pengertian Hadits Ahad

Secara sederhananya, hadits ahad adalah hadits yang tidak mutawatir. Nah, kata “ahad” sendiri, adalah bahasa Arab yang berarti satu. Maka pengertian hadits ahad adalah hadits yang tidak memenuhi persyaratan dari hadits mutawatir, atau juga jumlah periwayatnya terbatas dan tidak banyak seperti hadits mutawatir.

Begitupun dengan hadits ahad, yang terbagi menjadi 3 kategori yaitu, hadits masyhur, hadits aziz, dan hadits gharib. Hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan lebih dari dua orang, tetapi belum mencapai derajat mutawatir.

Hadits aziz adalah hadits yang jumlah periwayatnya tidak kurang dari dua orang dalam seluruh tingkatannya. Sedangkan hadits gharib adalah hadits yang periwayatnya satu orang saja dengan tanpa mempersoalkan dalam berbagai tingkatannya.

Leave a Comment