Surabaya Tempo Dulu vs Sekarang, Mana Yang Kamu Pilih?

Surabaya Tempo Dulu – Kota Surabaya merupakan salah satu kota yang mempunyai sejarah panjang di Indonesia. Banyak peristiwa perjuangan para pahlawan dalam melawan penjajahan yang terjadi di kota ini.

Banyak hal yang terjadi dan berubah secara ajaib seiring berjalannya waktu, baik tempat, bangunan dan keadaan.


Penampakan Surabaya Tempo Dulu vs Sekarang


Bagi kamu arek Surabaya yang sudah lama tinggal di Surabaya, mungkin juga belum tahu tentang keadaan Surabaya yang dulu banget ini kan?

Berikut beberapa foto yang akan menunjukkan perubahan ajaib kota Surabaya.

1. Gedung Grahadi

Gedung ini dibangun pada tahun 1795 saat kekuasaan Residan Dirk Van Hogendorps. Tempat ini dulunya juga berfungsi sebagai Pengadilan Tinggi (Raad Van Justitie), tempat resepsi dan pesta dansa.

Gedung ini sekarang difungsikan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Timur.

2. Gedung Sola

Dulu gedung ini bernama Whiteway Laidlaw milik pengusaha textile dari inggris, Robert Laidlaw. Setelah meninggal, gedung ini dibeli pengusaha Jepang bernama Chiyoda. Gedung ini juga pernah difungsikan untuk menahan serangan Sekutu dari Utara. Saat terjadi pertempuran, para pemuda Surabaya membakar gedung ini.

Gedung ini sempat menjadi pusat perbelanjaan, namun sekarang menjadi museum (Museum Surabaya). Museum ini berisi arsip tempo doloe milik pemkot.

3. Hotel Majapahit / Hotel Yamato / Hotel Orange

Hotel ini dibuka pertama kali pada tahun 1911 dan menggunakan nama Hotel Oranje. Ketika masa pendudukan Jepang hotel ini berganti nama menjadi hotel Yamato Hoteru dan justru beralih fungsi menjadi sebuah penjara.

Peristiwa monumental yang terjadi di gedung ini adalah saat terjadinya perobekan bagian warna biru dari bendera si penjajah pada November 1948 di bawah pimpinan Bung Tomo, hingga yang terpasang tinggal warna merah-putih yang hingga saat ini menjadi bendera kebangsaan Indonesia kita tercinta.

Sekarang menjadi hotel bintang lima dengan fasilitas yang “waw”.

4. jalan Veteran

Jalan Veteran dulu bernama “SOCIETETIT STRAAT”, karena di jalan tersebut dulu terdapat gedung “SOCIETEIT CONCORDIA” (gedung pertemuan yang terkenal bagi masyarakat Belanda waktu itu).

Jalan Veteran adalah jalan utama yang menghubungkan antara daerah perdagangan disekitar Jembatan Merah dan daerah perumahan di kota atas (Bovenstad), seperti daerah Sawahan, Darmo, Ketabang, Gubeng dan sebagainya.

Sekarang jalan ini menjadi salah satu jalan yang bersejarah, pada koridor Jalan Veteran (Societeit Straat) terdapat deretan bangunan dengan keanekaragaman arsitektur peninggalan kolonial Belanda yang memperlihatkan perkembangan arsitektur Belanda.

5. Jembatan Gubeng

Di tahun 1943- sampai tahun 1965 jembatan gubeng ini menjadi saksi bisu seperti perjuangan arek-arek Surabaya dalam mempertahankan kota Surabaya dari sekembalinya sekutu dan pasukan Belanda.

Sempat menjadi tempat hiburan yang murah meriah. Banyak warga yang hanya duduk di sekitar pinggir kali mas ini atau memancing di atas Jembatan Gubeng, atau hanya sekedar berdiri di jembatan saat menikmati malam.

Saat ini dengan adanya pembangunan Monkasel yang melayani wisata air, tiap malam hari selalu ramai dengan lampu – lampu hias yang indah.

6. Jembatan Merah

Berdirinya jembatan ini difungsikan sebagai pusat perniagaan atau jalur transportasi VOC. Tempat ini juga merupakan tempat terjadinya pertempuran antara pemuda Surabaya dengan Pasukan Brigjen Mallaby. Yang berakhir dengan kematian Brigjen Mallaby.

Saat ini, posisinya sebagai pusat perniagaan terus berlangsung. Di sekitar jembatan terdapat indikator-indikator ekonomi, termasuk salah satunya Plaza Jembatan Merah.

7. Kampung Arab (Sunan Ampel)

Kawasan Ampel ini dapat dikatakan sebagai cikal bakal keberadaan keturunan Arab di Indonesia, karena orang Arab pertama kali datang ke Indonesia ke wilayah ini, bersama Sunan Ampel.

Saat ini, kampung arab berubah menjadi tempat wisata religi yang selalu ramai dikunjungi oleh banyak orang.

8. Kantor Gubernur

Pada masa Pemerintahan Jepang gedung ini difungsikan sebagai Kantor Syuucho (Karesidenan), mengingat tidak dikenalnya jabatan gubernur dalam organisasi Pemerintahan Jepang.

Saat ini kantor ini berfungsi sebagai Kantor Gubernur Jawa Timur.

9. Kantor Pos Besar

Kantor Pos Surabaya dibangun tahun 1926 berdasarkan karya arsitek G. Bolsius. Mulai dari 1881 sampai 1926, ditempat tersebut terdapat sekolah HBS.

Pada tahun 1906-1913 calon Gubernur Jenderal Van Mook (1894-1965) bersekolah disana, dan pada 1916-1923 Bung Karno juga bersekolah disana.

Sekarang gedung dengan dominasi warna oranye dan hitam ini berfungsi sebagai kantor pos.

10. Pelabuhan Tanjung Perak

Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial maka pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran yang potensial di kawasan timur Indonesia.

Sebagai pelabuhan pintu gerbang, maka Tanjung Perak telah menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur.

11. Pintu Air Jagir Wonokromo

Pintu air atau dam Jagir dibangun pada masa pemerintahan Belanda sekitar 1912. Pintu Air Jagir dibangun untuk pengontrolan air sungai yang masuk ke Surabaya.

Pintu air ini banyak menyuplai bahan baku air tersaring untuk konsumsi air bersih warga kota.

Sampai sekarang pintu air ini masih berfungsi sebagai pengendali banjir di Surabaya. Bangunannya yang kuno tetap terawat dengan baik.

Pemerintah Kota Surabaya menjadikan bangunan warisan Belanda ini sebagai benda cagar budaya yang banyak dikunjungi wisatawan.

Jika ingin datang ke sana alangkah baiknya jika anda datang pada sore hari, karena akan terlihat lebih indah akibat cahaya lampu yang menyala di sekeliling pintu air tersebut.

12. Stasiun Gubeng

Stasiun ini merupakan stasiun kereta api terbesar di Surabaya dan Jawa Timur serta merupakan stasiun keberangkatan utama KA dari Kota Surabaya, khususnya yang melalui jalur selatan dan timur.

Untuk KA yang melalui jalur utara, seperti KA jurusan Jakarta via Semarang, diberangkatkan dari Stasiun Surabaya Pasarturi.

Stasiun ini di bagi menjadi dua bagian, yaitu Stasiun Gubeng Baru dan Stasiun Gubeng Lama. Stasiun Gubeng baru dikhususkan bagi penumpang kereta api kelas bisnis dan eksekutif.

Sedangkan Stasiun Gubeng Lama dikhususkan bagi penumpang api kelas ekonomi, baik ekonomi yang melayani jarak dekat maupun kereta ekonomi jarak jauh.

Sebenarnya masih ada beberapa foto tempat maupun keadaan kota Surabaya yang bisa membuat kamu tahu gambaran Surabaya tempo doeloe.

Dengan Mengetahui beberapa perubahan-perubahan di atas, bagaimana menurutmu? Jika kamu disuruh memilih, kira-kira kamu pilih yang mana? Surabaya tempo doloe atau Surabaya yang sekarang?

Leave a Comment