Apakah anda pernah mendaki gunung dan menemukan “ranjau darat”? syukur-syukur kalau tidak diinjak. Kalau diinjak bisa meledak jadinya.
Bagaima perasaan anda jika bertemu dengan benda yang satu ini? Mungkin ada diantara kita yang langsung mual atau bahkan sampai muntah-muntah. Atau mungkin ada yang merasa jengkel dan marah-marah apalagi kalau sampai diinjak.
Mungkin yang anda rasakan tidak jauh beda dengan yang semua orang rasakan ketika bertemu dengan si “ranjau darat” ini.
Lalu siapa sebenarnya yang melakukan itu? Siapa yang memasang ranjau itu? Apakah tentara musuh? Berusaha berprasangka baik saja yuk terhadap orang yang melakukannya.
Mungkin sudah sangat kebelet sehingga langsung saja di buang. Mungkin karena dia takut jauh-jauh membuangnya. Atau mungkin karena dia adalah pendaki baru yang tidak tau cara membuang itu ketika di Gunung.
Beda dengan hewan, kita manusia memiliki akal dan kita juga dituntut untuk beretika dalam membuang hajat (BAB). Apalagi kita orang muslim, semua sudah diatur dalam agama.
Etika Buang Air Besar (BAB) saat Pendakian
Berikut etika buang air besar (BAB) saat mendaki yang diambil dari berbagai sumber:
1. Jangan Buang Air di Jalur Pendakian
Meskipun anda sudah sangat kepepet, sebisa mungkin anda membuang hajat “ranjau“ jauh dari jalur pendakian. Sebaiknya anda memperhatikan hal ini, karena jika tidak diindahkan, maka akan mengganggu pendaki lain dalam perjanannya.
Hal ini sudah di sebutkan rasulullah dalam hadistnya “Jauhilah tiga perbuata terlaknat. Buang air besar di tempat mengalirnya air, di tengah jalanan atau di tempat berteduh”
2. Jangan Buang Air Dekat atau di Sumber Air
Coba bayangkan, jika ternyata di dekat sumber air, anda menemukan “ranjau darat”? apakan anda akan mengambil air di tempat itu? Ya, kalau tidak ada lagi sumber air selain itu, maka anda pasti terpaksa mengambilnya.
Jadi, jangan biarkan hal tersebut terjadi. Carilah tempat atau lokasi yang jauh dari sumber air. Ambil saja air secukupnya, lalu membawanya ketempat yang anda rasa sudah cukup jauh dari sumber mata air. Aman kan?
3. Jangan Buang Air dekat dari Camp
Jika ingin BAB, jangan di tempat yang dekat dari lokasi Camp. Jangan sampai baunya mengganggu pendaki yang lain. Tapi, jangan pula terlalu jauh dari camp.
4. Tinjau Lokasi
Maksudnya, pada saat anda udah tiba di lokasi camp. Anda bisa keliling meninjau lokasi di daerah tersebut.
Supaya, pada saat anda sudah ingin membuang hajat, anda tidak terburu-buru. Pastikan lokasi yang anda pilih adlah lokasi yang aman dan nyaman bagi anda.
5. Bawa Tisu Basah
Tisu basah sangat berguna dalam penghematan air. Apalagi ketika dalam kondisi krisis air atau pada musim kemarau. Jangan sampai anda lupa membawanya dalam daftar perlengkapan yang anda bawa.
Setelah anda menggunakan tissu basah, bekasnya anda masukkan kedalam kantong plastik kemudian bawa pulang bersama dengan sampah yang lain.
Jangan sampai bekas tisu basah anda buang sembarangan. Ingat tempat pendakian bukan tempat sampah!
Jika anda tidak memiliki tisu basah, anda bisa memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, seperti : Batu, daun atau ranting pohon.
Tapi hati-hati, jangan sampai daun atau ranting yang anda gunakan dapat menimbulkan gatal-gatal. Anda perlu mengenali daun mana yang gatal dan mana yang tidak.
6. Buat Galian dan Tutup Kembali Setelah Selesai
BAB di GunungKetika sudah mendapat lokasi yang tepat. Usahakan, buat galian. Kira panjang, lebar dan dalamnya sejengkal (bisa disesuaikan, yang penting muat untuk “ranjau” nya).
Setelah selesai, tutup kembali lubang penapungannya. Kalau begitukan tidak akan menimbulkan bau dan tidak bakalan terinjak.
7. Jangan Menghadap Kiblat atau Membelakangi Kiblat
“Janganlah kalian menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya saat buang air kecil dan buang air besar” (hadist)
Sedikitnya Tujuh hal di atas sudah cukup aman jika anda lakukan ketika Buang Air Besar digunung.
Semoga informasi yang kami berikan bermanfaat. Jika ada yang ingin menambahkan, silakan di tambah di kolom komentar. Siapa tahu ada yang lebih berpengalaman. Terimakasih